Kamis, 13 Mei 2010

postheadericon Ketagihan Seks, Gangguan Mentalkah?

KOMPAS.com — Persoalan ketagihan seks hingga saat ini masih menjadi perdebatan para ahli. Sebagian berpendapat bahwa hal itu terjadi karena seseorang tidak bisa mengontrol libidonya. Namun, sebagian ahli mengatakan bahwa ketagihan seks merupakan bentuk kelainan mental.
Para ahli berpendapat, sesuatu yang sifatnya kompulsif dan tidak terbendung bisa membahayakan. Itu sebabnya kecanduan seks, seperti halnya kecanduan minuman keras atau narkoba, perlu mendapatkan penanganan profesional.
Akan tetapi, para ahli kesehatan mental tidak setuju bila perilaku kecanduan seks ini dikategorikan sebagai gangguan mental. Oleh karena itu, dalam edisi terbaru Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorder, semacam "kitab suci" para psikiatri, kecanduan seks tidak disebutkan dalam kategori perilaku kecanduan.
"Belum banyak bukti empiris untuk menyebut kecanduan seks dalam kategori tersebut," kata Dr Martin P Kafka, profesor psikiatri dari Harvard Medical School.
Namun, hal itu ditentang oleh para terapis. "Kami telah menangani kasus kecanduan seks selama lebih dari 20 tahun," kata Douglas Weiss, psikolog dan direktur pusat konseling di Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Weiss menjelaskan perbedaan antara orang dengan dorongan seks yang besar dan pencandu seks. "Orang yang libidonya tinggi menginginkan adanya hubungan emosional dan menemukan kepuasan setiap kali melakukan hubungan intim. Sementara itu, seorang pencandu seks hanya ingin memuaskan hasratnya. Mereka tidak mencari keintiman, bahkan mereka tidak merasa 'ada' saat melakukannya," paparnya.
Menurut Kafka, ada definisi klinis yang harus dipenuhi untuk menyebut perilaku ketagihan seks sebagai sebuah kecanduan, dan hal itu tidak dipenuhi dari perilaku ketagihan seks. Misalnya, orang yang ketagihan seks tidak melakukan hubungan intim untuk mendapatkan efek yang sama, seperti halnya pada pencandu narkoba.
Hal itu berbeda dengan pencandu narkoba atau pencandu judi yang tidak memiliki dorongan biologis, seperti makan, tidur, atau berhubungan seks. "Kita semua ingin makan dan ingin melakukan seks. Dengan kata lain, sulit mengatakan sebuah perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia sebagai sebuah kecanduan," papar Kafka.
Dalam ilmu psikiatri, orang yang ketagihan melakukan sesuatu atas dorongan biologis tidak disebut pencandu. Misalnya, orang yang makan secara kompulsif disebut sebagai bulimia, bukan pencandu makan. Itu sebabnya kini sedang dicari kategori baru untuk gangguan hiperseks dalam buku manual diagnosis psikiatri.

BERITA POPULER LAINNYA :

*Pesawat Luar Angkasa AS Voyager 2 Dibajak Alien?

*SURAT CINTA TERTUA DAN PERTAMA DI DUNIA

*Gilaaaa! Pasangan Ketahuan Bercinta di Bawah Mobil!

BACK HOME :

0 komentar:

Mp3 download

Type Artist Name - Song Title

Free Search Engine Video 3GP

addme.search engine

Related Posts Plugin for WordPress,Blogger...

Daftar Blog Saya

Pengikut

download ebook gratis

Subscribe Now: poweredby

Powered by FeedBurner

FLEXI4US BANJARMASIN

FLEXI4US BANJARMASIN
Team flexi4us banjarmasin

Kamis, 13 Mei 2010

Ketagihan Seks, Gangguan Mentalkah?

KOMPAS.com — Persoalan ketagihan seks hingga saat ini masih menjadi perdebatan para ahli. Sebagian berpendapat bahwa hal itu terjadi karena seseorang tidak bisa mengontrol libidonya. Namun, sebagian ahli mengatakan bahwa ketagihan seks merupakan bentuk kelainan mental.
Para ahli berpendapat, sesuatu yang sifatnya kompulsif dan tidak terbendung bisa membahayakan. Itu sebabnya kecanduan seks, seperti halnya kecanduan minuman keras atau narkoba, perlu mendapatkan penanganan profesional.
Akan tetapi, para ahli kesehatan mental tidak setuju bila perilaku kecanduan seks ini dikategorikan sebagai gangguan mental. Oleh karena itu, dalam edisi terbaru Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorder, semacam "kitab suci" para psikiatri, kecanduan seks tidak disebutkan dalam kategori perilaku kecanduan.
"Belum banyak bukti empiris untuk menyebut kecanduan seks dalam kategori tersebut," kata Dr Martin P Kafka, profesor psikiatri dari Harvard Medical School.
Namun, hal itu ditentang oleh para terapis. "Kami telah menangani kasus kecanduan seks selama lebih dari 20 tahun," kata Douglas Weiss, psikolog dan direktur pusat konseling di Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Weiss menjelaskan perbedaan antara orang dengan dorongan seks yang besar dan pencandu seks. "Orang yang libidonya tinggi menginginkan adanya hubungan emosional dan menemukan kepuasan setiap kali melakukan hubungan intim. Sementara itu, seorang pencandu seks hanya ingin memuaskan hasratnya. Mereka tidak mencari keintiman, bahkan mereka tidak merasa 'ada' saat melakukannya," paparnya.
Menurut Kafka, ada definisi klinis yang harus dipenuhi untuk menyebut perilaku ketagihan seks sebagai sebuah kecanduan, dan hal itu tidak dipenuhi dari perilaku ketagihan seks. Misalnya, orang yang ketagihan seks tidak melakukan hubungan intim untuk mendapatkan efek yang sama, seperti halnya pada pencandu narkoba.
Hal itu berbeda dengan pencandu narkoba atau pencandu judi yang tidak memiliki dorongan biologis, seperti makan, tidur, atau berhubungan seks. "Kita semua ingin makan dan ingin melakukan seks. Dengan kata lain, sulit mengatakan sebuah perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia sebagai sebuah kecanduan," papar Kafka.
Dalam ilmu psikiatri, orang yang ketagihan melakukan sesuatu atas dorongan biologis tidak disebut pencandu. Misalnya, orang yang makan secara kompulsif disebut sebagai bulimia, bukan pencandu makan. Itu sebabnya kini sedang dicari kategori baru untuk gangguan hiperseks dalam buku manual diagnosis psikiatri.

BERITA POPULER LAINNYA :

*Pesawat Luar Angkasa AS Voyager 2 Dibajak Alien?

*SURAT CINTA TERTUA DAN PERTAMA DI DUNIA

*Gilaaaa! Pasangan Ketahuan Bercinta di Bawah Mobil!

BACK HOME :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get paid To Promote at any Location

Chitika

amung.us